SALAH seorang Petugas Pemeliharaan dari ULTG Banjar menggunakan metode Rope Access dalam perbaikan sambungan dropper GI Pelaihari.| foto : pln
BANJARBARU - PT PLN (Persero) Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (UIP3B) Kalimantan menyiapkan kelistrikan yang andal jelang Idul Adha 1445 Hijriah dengan melakukan pemeliharaan preventif terhadap anomali yang ditemukan sebelum mengakibatkan terjadinya gangguan.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Tim pemeliharaan Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) Banjar Unit Pelaksana Transmisi (UPT) Banjarbaru yang bergerak cepat pada dini hari pukul 05.30 Wita untuk melakukan perbaikan sambungan dropper yang menghubungkan jaringan tower transmisi dengan jaringan listrik Gardu Induk (GI) Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Rabu (15/5/2024).
Terpisah, General Manager PLN UIP3B Kalimantan, Abdul Salam Nganro menyampaikan bahwa upaya proaktif ini menunjukkan komitmen perusahaan terhadap keandalan dan kualitas layanan yang diberikan kepada semua pelanggan. Salam juga menyatakan bahwa perusahaan akan terus meningkatkan sistem monitoring dan pemeliharaan untuk mencegah gangguan serupa di masa depan.
“Ini merupakan wujud nyata dari upaya kami untuk menghadirkan terang kepada masyarakat. Selanjutnya kami sudah menyiapkan langkah-langkah mitigasi terhadap kondisi anomali yang muncul guna memastikan stabilitas sistem ketenagalistrikan tetap andal dan terjaga,” tutur Salam.
Dalam kesempatan ini, Salam juga menyampaikan apresiasinya kepada tim ULTG Banjar yang secara cepat dan sigap mampu mengenali dan melakukan perbaikan anomali pada peralatan GI Pelaihari.
"Keberhasilan ini adalah hasil dari kerja keras dan dedikasi seluruh tim teknis kami yang terus memantau dan menjaga peralatan di GI untuk tetap berada pada performa yang maksimal. Semoga dengan ikhtiar yang dilakukan oleh tim pemeliharaan PLN dapat mewujudkan listrik yang andal jelang perayaan Idul Adha 1445 H,” pungkasnya
Manager ULTG Banjar, Aditya Lanang Estu menjelaskan, pada sambungan tersebut ditemukan titik panas (hotspot) yang merupakan kondisi anomali pada peralatan instalasi tenaga listrik yang disebabkan oleh adanya residu pada sambungan ataupun kurang rapatnya baut pada sambungan.
“Hotspot diketahui melalui monitoring thermovisi yang dilakukan oleh operator GI pada pukul 21.00 WITA (14/5). Bersyukur tim kami berhasil mengidentifikasi anomali sebelum gangguan ini terjadi,” jelas Lanang.
Lanang menjelaskan, perbaikan baru bisa dilakukan pagi hari karena menunggu beban puncak menurun sehingga dapat menghindari kemungkinan padam pelanggan yang meluas akibat pemeliharaan sambungan tersebut.
"Alhamdulillah pukul 09.30 wita pekerjaan telah selesai lebih cepat dengan menggunakan metode Rope Access. Ini merupakan metode yang telah menjadi best practice dalam beberapa kegiatan pemeliharaan kami," jelasnya.[adv]