PARINGIN - Satuan petugas wilayah (Satgaswil) Kalimantan Selatan Detasemen Khusus (Densus) 88 memberikan pencegahan penyebaran intoleransi, radikalisme dan terorisme pada kalangan pelajar di Kabupaten Balangan.
Wakil Kepala SMAN 2 Paringin bidang Humas, Fahrudin Husain, mengucapkan terima kasih karena sekolahnya dipilih menjadi tuan rumah untuk sosialisasi pencegahan radikalisme dan terorisme bagi pelajar di Kabupaten Balangan.
"Terima kasih kepada Satgaswil Kalsel Densus 88 yang telah memilih sekolah kami untuk menjadi tuan rumah pada acara ini, semoga apa yang disampaikan oleh pemateri dapat diterapkan dalam berkehidupan dan berbangsa,” kata Fahrudin di Balangan, Kamis (26/10/2023).
Fahrudin menuturkan, pihaknya mendukung penuh program Satgaswil Kalsel Densus 88 untuk masuk ke sekolah-sekolah dalam mensosialisasikan pencegahan dan penyebaran intoleran, radikalisme dan terorisme pada kalangan pelajar dan guru.
Dengan harapan tambahnya, dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari serta dapat memberitahukan kepada keluarga dan masyarakat terkait bahaya intoleran, radikalisme dan terorisme.
Sementara itu, Kanit Intel Satgaswil Kalsel Densus 88 Kompol Suhandi mengungkapkan pentingnya sosialisasi ini untuk dilakukan kepada para pelajar dan dewan guru, sehingga dapat mengetahui cara menghindari dan mencegah penyebaran intoleran, radikalisme dan terorisme.
“Sosialisasi ini sangat penting untuk kita laksanakan, agar para pelajar kita tidak mudah terpapar dalam hal intoleran, radikalisme dan terorisme ini khususnya di wilayah kita,” ungkap Gita.
Selain itu, kata Gita, kegiatan sosialisasi yang dilakukannya bertujuan untuk memperkuat karakter dari kalangan pelajar untuk tidak terpapar ataupun terpengaruh dengan paham intoleransi, terorisme dan radikalisme.
“Saya berharap dengan diadakan sosialisasi dari Densus 88 ini maka peserta didik jadi lebih paham dengan penyebab sampai dampak tindakan intoleransi, radikalisme dan terorisme,” harap Kompol Gita.
Gita menambahkan, terorisme tidak merujuk pada satu agama dengan memberikan contohnya, menyampaikan sejarah terorisme di dunia dan Indonesia, menjelaskan sasaran dan sarana penyebaran radikalisme serta modus baru aksi terorisme yaitu menempatkan perempuan dan anak sebagai pelaku aksi Terorisme dengan memberikan contoh keterlibatan generasi muda dalam terorisme.
Sebagaimana diketahui sosialisasi tersebut merupakan program khusus yang memang ditujukan untuk kalangan pelajar, selain mensosialisasikan strategi pencegahan intoleransi dan radikalisme di kalangan pelajar, Tim Satgaswil Kalsel Densus 88 juga menceritakan pengalaman mereka dalam menangani kasus-kasus terorisme yang pernah mereka tangani.[martino]