BATULICIN - Harga bahan-bahan kebutuhan pokok di pasaran kini mulai merangkak naik. Kondisi ini selalu berulang setiap menjelang hari besar keagamaan, seperti sekarang yang sebentar lagi memasuki bulan Ramadan.
Untuk itu, Dinas Koperasi Usaha Mikro Perdagangan dan Perindustrian (DKUMP2) Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) melakukan pemantauan harga kebutuhan bahan pokok di pasaran.
Kepala Dinas DKUMP2 Tanbu, Deny Haryanto kepada wartawan grapena.con melalui pesan WhatsApp, Jumat (18/3/2022) mengatakan, bergerak naiknya bahan pokok di pasaran memang selalu berulang setiap menghadapi hari besar keagamaan, termasuk bulan suci Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri.
Satu di antara bahan pokok yang kini naik adalah minyak goreng. Kelangkaan minyak goreng bahkan sudah terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Semakin naik, lantaran permintaan semakin tinggi menjelang bulan puasa ini.
Deny menjelaskan, untuk minyak goreng baik curah maupun kemasan mengalami kenaikan yang sangat tinggi. Hal ini juga terjadi setelah terbitnya Surat Edaran Menteri Perdagangan Nomor 09 dan Nomor 11 tahun 2022.
"Dalam Surat Edaran itu, harga minyak goreng yang semula diatur dengan Permendag Nomor 06 Tahun 2022 dengan HET minyak goreng curah sebesar Rp11.500 menjadi Rp14.000 per liter," jelasnya.
Ia menambahkan, untuk minyak goreng kemasan yang semula HET Rp14.000, kini menjadi lebih tinggi mengikuti harga keekonomian alias harga Pasar.
Selain minyak goreng, komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah bawang putih, dari sebelumnya Rp24.000 per kilogram menjadi Rp27.000 per kilogram.
Kemudian cabe jenis taji, dari harga Rp75.000, menjadi Rp90.000. Gula putih dari Rp14.000 menjadi Rp15.000 per kilogram.
"Kenaikan harga tersebut disebabkan karena kurangnya stok. Dari bawang putih dan cabe taji, karena barang dari luar kabupaten belum masuk," imbuhnya.
Selain terjadi kenaikan, ada juga beberapa kebutuhan pokok di Bumi Bersujud yang mengalami penurunan harga.
Sebut saja, daging ayam ras dari harga Rp31.000, kini menjadi Rp27.000, bawang merah dari Rp38.000 menjadi Rp30.000 per kilogram.
"Hal ini disebabkan banyak stok dari daerah penghasil luar daerah yang masuk ke Tanah Bumbu.
Untuk bahan kebutuhan pokok lainnya harganya masih stabil," ungkapnya.
Menurut Deny, untuk menyikapi kondisi ini DKUMP2 bersama Tim Satgas Pangan akan melakukan monitoring harga dan stok barang. Di samping itu juga melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para pedagang agar menjual barang dengan harga yang wajar.
"Kami juga mengimbau masyarakat atau konsumen agar membeli barang dengan bijak, sesuai kebutuhan sehingga tidak menimbulkan "panic buying" yang dapat memicu kenaikan harga," pungkas Deny.[joni]
Tags
tanah bumbu