BANDUNG - Guyuran hujan di akhir tahun membuat cuaca di Kota Bandung semakin dingin. Biasanya, perut pun kerap cepat merasa lapar.
Nah..di saat- saat suasana adem seperti itu biasanya jajanan yang paling diburu adalah yang berkuah, pedas dan pastinya hangat.
Salah satu pilihan jajanan yang tepat adalah Cuanki.
Sama seperti bakso, di dalamnya dapat ditemukan tahu dan bakso. Bedanya, cuanki dilengkapi dengan aci, siomay, dan batagor kering khas Bandung.
Agar makin nikmat, banyak orang menambahkan pilus di dalam mangkuk.
Lalu apa arti kata cuanki? Dahulu, orang yang berdagang tidaklah semudah sekarang. Cuanki perlu dipikul dan dijajakan secara berkeliling dengan berjalan kaki.
Banyak orang percaya cuanki merupakan singkatan dari “Cari Uang Jalan Kaki”
Pedagang cuanki sebenarnya cukup mudah didapati di sejumlah tempat di Kota Bandung.
Namun bagi mereka yang kebetulan perut merasa lapar di malam hari, maka bisa pergi ke Jalan Diponegoro.
Di sini pedagang cuanki sudah mulai berdagang sejak pukul 21.00 wita hingga pukul 05.00 pagi. Mereka menggelar dagangan di tepi jalan.
Mereka cukup mangkal dengan gelaran tikar plastik sebagai alas duduk bagi pelanggannya yang makan di tempat.
Di tempat ini pembeli cukup membayar dengan harga Rp.15.000 sudah bisa menikmati semangkok cuanki.
Mang Ujang, salah satu pedagang di Jalan Ponorogo mengaku mendapatkan hasil bersih dari dagangannya setiap malam berkisar antara Rp. 75.000 sampai Rp 100.000.
Mang Ujang hanya pedagang yang mengambil upah. Dagangannya milik orang lain yang ia bawakan.
Meski pedagang cuanki di Jalan Ponorogo ini terbilang sangat sederhana namun cukup banyak di datangi pembeli.
Mba Narti salah satunya. Wartawati dari salah satu media di Banjarmasin mengaku sangat menggemari makanan khas Bandung ini.
"Ini kebetulan ada tugas kerja di Bandung. Sehingga begitu ada waktu senggang saya menyempatkan untuk menikmati cuanki," kata wartawati senior ini.
Ia mengaku selalu menyempatkan menikmati cuanki jika berada di Bandung.[milhan]
Tags
Humaniora