MENYONGSONG Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Ke-67 Republik Indonesia, kritikan ke Kementan masih deras. Ini sebagai akibat masih besarnya angka kemiskinan, di mana menurut BPS mencapai 51 persen berada di perdesaan, di antaranya 61 persen merupakan petani.
Hal yang memprihatinkan adalah, sudah kondisi miskin masih terbebani psikologis bahwa harga produk pangan yang dihasilkan petani secara internasional tergolong mahal.
Padahal porsi harga yang diterima oleh petani relatif rendah dengan beban biaya produksi yang terus meningkat dan mahal. Tentu kondisi ini menjadi tantangan bagi insan pertanian khususnya segenap jajaran Kementerian Pertanian RI.
Tantangan ini langsung terjawab di saat pembukaan pelatihan sejuta umat bagi Petani dan penyuluh pada tanggal 6 Agustus 2021.
Menteri Pertanian, Dr Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengukuhkan 2000 DPM dan DPA untuk menjadi motor penggerak akselerasi mewujudkan pertanian yang maju,mandiri dan modern.
Beliau berharap besar kepada para DPM dan DPA, agar meresonasi petani dan masyarakat sekitar khususnya calon-calon petani milenial, korban PHK, menggerakkan kembali UMKM yang gulung tikar akibat pandemik Covid-19.
Ini untuk menyamakan langkah dalam membangun sistem pertanian yang maju, mandiri dan modern. Sehingga tahun 2024 targetkan 2,5 Juta Petani Milenial dapat diwujudkan.
Inovasi, Kreativitas dan improvisasinya dalam bertani, diharapkan mampu mengendalikan biaya produksi yang diproyeksi melebihi 30 sampai 75 persen dari biaya produksi ideal untuk dapat berkompetisi suatu produk pertanian di pasar global (ekspor).
Begitu juga pada produksi usaha peternakan. Tak heran jika dengan mudah dan antusias para importir daging dan susu mengimpornya dari manca negara.
Hal ini karena harga daging ataupun sapi hidup relatif lebih rendah hingga 30 sampai 40 persen dari harga sapi atau daging lokal. Tentu semua berawal dari biaya produksi lokal belum mampu dikendalikan.
"Hal ini mengingat hampir 70 persen biaya produksi teralokasikan untuk pengadaan pakan dan obat," papar Budiono, Widyaiswara BBPP Binuang.
Tentu ini selaras dengan program program BPPSDMP yang terus disosialisasikan oleh Kepala BBPSDMP, Prof Dedy Nursyamsi M.Agr.
Begitu juga Mentan SYL di beberapa kesempatan saat kunjungan daerah, di mana beliau senantiasa menyampaikan bahwa kita harus menyiapkan penyuluh dan petani-petani milenial/andalan untuk mempercepat terwujudnya “Petani Merdeka” .
Bahkan beliau berharap agar penyuluh dan petani milenial/andalan untuk senantiasa improvisasi informasi teknologi pertanian dengan melakukan kaji terap/demonstrasi untuk mendapatkan inovasi teknologi spesifik lokasi.
Sehingga diperoleh paket teknologi yang berbasis lokalita, dengan demikian biaya produksi dapat dikendalikan baik usaha tani maupun usaha ternak.
Oleh karena itu, melalui UPT BBPP Binuang, program tersebut dikembangkan dalam kegiatan pelatihan tematik, teknis dan manajerial bagi aparatur dan non aparatur sebagai fasilitator calon petani milenial/andalan.
Salah satunya Pelatihan Aparatur Angkatan III pada tema “Pascapanen dan Pengolahan Jagung Sebagai Pakan Ternak”, di Dinas Pertanian Kabupaten Gunung Mas.
Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang, Dr Ir Yulia Asni Kurniawati M.Si mengungkapkan, tepat pada tanggal 22 hingga 24 April 2021, empat bulan sudah kegiatan berjalan.
"Dengan metode pendampingan secara daring metode konsultasi/diskusi terkait permasalahan teknis di lapangan dan mencari alternatif-alternatif pengembangan kelembagaan ekonomi petani untuk berkolaborasi dengan BUMDES dalam rangka memperkuat jejaring hulu hilir usaha tani jagung di Kabupaten Gunung Mas," papar Yulia.
Kris dan David, Purnawidya dari BP3K Kurun di sela-sela membimbing para petani milenial dan petani andalan di Kelompok Tani Luau Jadi menambahkan, bermodal pengalaman mengikuti pelatihan tematik tersebut, mereka makin percaya diri untuk mensosialisasikan produksi pakan ternak secara mandiri, hasil praktik Pelatihan Aparatur III oleh BBPP Binuang.
Mengingat populasi ternak di Kabupaten Gunung Mas terus meningkat dan diminati petani, namun dengan biaya produksi makin meningkat dan harga jual ternak yang fluktuatif akhirnya banyak petani yang mengurungkan niatnya untuk usaha ternak lebih besar lagi.
"Tentu ilmu ini sangat membantu penyuluh dan para petani milenial yang dibina oleh penyuluh pertanian purnawidya," imbuhnya.
Tentunya upaya-upaya ini dapat meningkatkan daya saing produk ternak lokal, tanpa harus menurunkan keuntungan, bahkan meningkat keuntungan bagi petani.
Hal ini dilakukan dengan memproduksi sendiri pakan ternak dan jamu ternak untuk meningkatkan produktifitas daging ternak sehingga mampu meningkat 0,8 sampai 1,5 kilogram per hari.
Efisiensi usaha ternak ini akan mendukung program swasembada daging dan menjadi daya tarik para petani milenial untuk meresonansi petani muda lainnya.
Upaya ini tentu akan memudahkan terwujudkan kesejahteraan petani dan memperbesar devisa negara melalui penghematan biaya impor daging.
Kondisi ini tentu akan membantu pencapaian pertumbuhan ekonomi tahun 2022 sebesar 7 persen per tahun, sebagaimana bapak Presiden Jokowi harapkan.
Memang tak mudah wujudkan kemerdekaan petani, namun dengan gotong royong dan memfokuskan energi positif petani, penyuluh dan widyaiswara.
"Insya Allah “Petani Merdeka” di hari-hari ulang tahun Kemerdekaan RI ke-76 dapat diwujudkan dan perlu dikembangkan lebih lanjut ke seluruh jejaring petani milenial dan andalan untuk memantapkan dan mengembangkan usaha tani di era globalisasi," pungkas Yulia.[rilis]
Tags
Ekbis