SERTIFIKASI kompetensi tenaga harian lepas-tenaga bantu penyuluh pertanian (THL-TBPP) angkatan pertama di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang, usai hari ini, Rabu (25/8/2021).
Asesmen angkatan pertama yang diikuti oleh 29 peserta ini, semua dinyatakan kompeten. Demikian disampaikan oleh Teguh Wiyono, mewakili tim Asesor.
“Semua asesi dinyatakan kompeten (K), tidak ada yang belum kompeten (BK),” kata Teguh.
Sebagaimana diketahui, Kementerian Pertanian sejak beberapa tahun telah mengangkat THL-TBPP untuk memperkuat kinerja penyuluhan pertanian mendukung program-program pembangunan pertanian.
THL-TBPP adalah tenaga bantu penyuluh pertanian yang direkrut oleh Departemen Pertanian (dulu) selama kurun waktu tertentu dan melaksanakan tugas dan fungsinya serta tidak menuntut untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Untuk meningkatkan kompetensi dan pengembangan karier THL-TBPP, Kementan memanfaatkan tahun 2021 sebagai momentum untuk mendorong THL-TBPP menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK).
Hal itu didasarkan adanya formasi PPPK profesi Penyuluh Pertanian untuk tahun 2021.
Sertifikasi kompetensi sebagai program Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) dimaksudkan untuk menentukan kelayakan THL-TBPP diangkat menjadi PPPK atau tidak berdasarkan standar kompetensi kerja nasional (SKKNI).
Uji kompetensi dilakukan melalui serangkaian penilaian portofolio hasil kerja selama 2 tahun terakhir sebagai bukti langsung dan pengumpulan bukti tidak langsung.
Teguh Wiyono selaku team asesor mengatakan, portofolio dan wawancara sebenarnya sudah cukup, karena asesi merupakan tenaga yang sudah berpengalaman kerja di bidangnya.
Namun, lanjutnya, nyatanya penilaian berdasarkan portofolio ternyata masih belum cukup menggali kompetensi asesi.
Asesor memutuskan melakukan asesmen untuk mengeksplorasi potensi kompetensi melalui test tulis dan bahkan demonstrasi unjuk kerja.
“Untuk asesi yang sudah pengalaman sesungguhnya penilaian berdasarkan portopolio dan wawancara sudah cukup, tapi kami perlu bukti lain untuk menggali kompetensi asesi,” ujar Teguh.
Dengan bukti yang makin lengkap, bukti langsung dan bukti tidak langsung, asesor lebih mantab dalam mengambil keputusan kompeten atau belum kompeten bagi asesi.
Usai penutupan, Lasarus, salah satu asessi berasal dari Kabupaten Malino, Kalimantan Utara menyatakan kelegaannya sudah selesai dengan keputusan kompeten.
Namun, Ia merasa masih ada kekuatiran apakah masih bisa lolos menjadi PPPK atau tidak.
“Sudah lega selesai meskipun masih belum sepenuhnya karena masih ada lagi penyaringan untuk jadi PPPK,” ujar Lasarus.
Dia berharap bisa menjadi PPPK sehingga kedepannya lebih nyaman dalam menjalankan tugas sebagai Penyuluh Pertanian yang sudah ditekuni sejak tahun 2007/2008.
Sebagaimana direncanakan peserta ada 75 orang terbagi 2 angkatan. Angkatan pertama 39 orang, tapi yang hadir 29 orang. Sebanyak 10 orang tidak hadir karena berbagai hal dan akan ikut di angkatan kedua yang akan berlangsung 26 hingga 28 Agustus 2021.[rilis]
Tags
Ekbis