BBPP Binuang kembali mengadakan pelatihan. Kali ini pelatihan diadakan di BPP Anjir Pasar, Kabupaten Barito Kuala. Pelatihan yang digelat mulai 16 hingga 18 Juni 2021 ini diikuti 30 peserta perwakilan kelompok tani dari Kecamatan Anjir Pasar dan Anjir Muara.
Pelatihan mengambil tema "Budidaya Padi Unggul" yang merupakan permintaan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Horikultura Kabupaten Barito Kuala.
Dijelaskan Ir Rakhmadi, Kabid PSDMP Dinas PTPH Barito Kuala saat penutupan bahwa tahun depan Barito Kuala akan mendapatkan program Food Estate seluas 25.000 hektare. Lahan seluas ini salah satunya di kawasan Anjir.
Menurutnya, pelatihan ini sebagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi petani sebagai pelaku utama sebelum menerima program. Sehingga harapannya, saat program Food Estate tahun depan petani sudah lebih siap.
“Sejumlah 30 petani ini harapannya sebagai pioner untuk melaksanakan tanam padi unggul yang semoga dapat diikuti oleh petani yang lain," jelasnya.
Saat ini Barito Kuala merupakan daerah penyangga beras Kalimantan Selatan. Dengan luas baku lahan sawah 104.000 hektare, Barito Kuala menjadi pemasok beras terbesar.
Potensi ini mendapat perhatian dari Kementerian Pertanian, sehingga hasil CPCL kemungkinan Barito Kuala menjadi lokasi program Food Estate tahun depan bersama 2 Kabupaten lainnya di Kalimantan Selatan.
Untuk Barito Kuala, kawasan Food Estate ke arah pengembangan padi karena lahan mayoritas merupakan padi. Hanya saja, untuk saat ini padi yang ditanam masih padi lokal yang umurnya sangat lama mencapai 8 bulan.
Pelatihan ini sebagai bentuk apresiasi bagi petani terpilih sehingga diikutkan menjadi peserta pelatihan budidaya padi unggul.
Rakhmadi menjelaskan, masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan pada tahun ini, salah satunya adalah peningkatan kompetensi bagi petani. Petani perlu didorong untuk terbuka dengan pengetahuan dan teknologi baru sehingga adopsi berjalan lancar.
“Saat ini yang menjadi kendala ada 3 hal. Pertama adalah produktivitas padi nomor dua dari bawah se-Kalimantan Selatan. Kedua adalah indeks pertanaman masih rendah, dan ketiga yaitu kelas kelompok tani yang sebagian besar masih pemula," paparnya saat penutupan pelatihan.
Aman Nurrahman Kahfi, Widyaiswara BBPP Binuang mengatakan, Food Estate sejatinya adalah perubahan internal petani sendiri. Pemerintah mendorong dengan program ini perlu disambut dengan peningkatan kapasitas petani dalam berkelompok dan mengelola kelompok.
Ia menambahkan, program Food e
estate tidak sebatas pada peningkatan produk, yaitu pangan, tetapi justru lebih pentingnya pada peningkatan kualitas manajemen berkelompok.
"Sedangkan inti dari manajemen adalah kemauan untuk dipimpin dan memimpin peer group. Jadi istilahnya dari petani, oleh petani dan untuk petani," pungkasnya.[rilis]
Tags
Ekbis