Endah Wilantrah, guru sekaligus Ketua Himpaudi (Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini) Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. | Foto: Junaedi.
PEKALONGAN - Menjadi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ternyata tidaklah mudah. Lebih-lebih, bagi tenaga pendidik yang bertugas di daerah yang jauh dari pusat kota. Belum lagi, kalau bicara reward atau honor yang mereka dapatkan.
Di satu sisi, para pahlawan di bidang pendidikan itu dituntut totalitasnya untuk mendidik anak-anak belia. Namun di sisi lain, honor yang jauh dari memadai, memaksa mereka memutar otak sekadar untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Begitulah pengalaman yang dikisahkan Endah Wilantrah, guru PAUD "Kasih Bunda", Desa Telogopakis, Kecamatan Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah, kepada Grapena.com, kemarin.
Yang disampaikan Endah, bukan sekadar masalah pribadi, mengingat dirinya juga berstatus Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Kecamatan Petungkriyono.
"Yang jelas, problem utama yang mungkin merata dialami para guru PAUD ini, adalah status dan kesejahteraan yang minim. Tetapi khusus bagi kami yang mengabdi di kecamatan terpencil, kondisi infrastruktur jalan yang juga tak mulus, utamanya akses Desa Yosorejo menuju Telogopakis," ungkapnya.
Ikhwal kesejahteraan jangan ditanya. Menurut Endah, dirinya dan sejawat hanya mendapatkan honor Rp 250 ribu perbulan dari pemerintah daerah. Honor yang tergolong sangat kecil itu pun seringkali dirapel setiap tiga atau empat bulan.
"Insya Allah kami tetap ikhlas mengabdi, untuk menjadikan anak-anak PAUD bisa mengeksplorasi usia emasnya secara optimal. Tetapi sebagai manusia, sebagai ibu rumah tangga, jujur saja honor Rp 250 ribu ini amat jauh dari memadai. Apalagi ini kan menyangkut profesi, menyangkut kompetensi," terang Endah.
Bahkan, untuk bisa bertahan memenuhi kebutuhan dapur dan kebutuhan harian lainnya, lanjut Endah, dirinya selama ini harus memutar otak, bekerja ekstra, mengandalkan kreativitas dan inovasinya di era digital ini dengan cara berjualan online. Macam-macam produk ia jual, mulai aksesoris perhiasan, tas, hingga alat kosmetik.
"Ya kalau tidak begini, kita sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk itu, dengan kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Pekalongan yang baru nanti (Fadia A Rafiq dan Riswadi), kesejahteraan guru honorer TK dan PAUD ini bisa lebih diperhatikan," jelasnya.
Meski demikian, Endah memastikan jika Himpaudi tetap berkomitmen untuk terus meningkatkan kompetensi dan profesionalitas anggotanya. Termasuk di era informasi yang lekat dengan digitalisasi ini, para pendidik TK dan PAUD terus dituntut untuk melek informasi, agar tak ketinggalan informasi maupun terjebak informasi hoaks.
"Maka Himpaudi siap bekerjasama dengan media online seperti Grapena.com, untuk mendukung komitmen tersebut. Para pendidik selalu dituntut memiliki wawasan luas, sehingga harus intens mengakses informasi yang cepat dan akurat," pungkasnya.[junaedi]
Tags
Humaniora