foto: Suasana Warung Mama Adhel di Jl Bali Banjarmasin yang mulai bangkit di tengah pandemi./Foto : yana
BANJARMASIN - Semenjak awal pandemi, virus Corona COVID-19 terus menyebar ke berbagai wilayah Indonesia. Hampir seluruh wilayah di Tanah Air telah terdampak penyakit ini. Provinsi Kalimantan sendiri diperkirakan mengawali penyebarannya pada Maret 2021 lalu.
Adanya aturan jaga jarak yang diberlakukan pemerintah, demi untuk menekan laju penularan virus mematikan ini, memaksa masyarakat membatasi kegiatan sosialnya. Tentu saja hal ini juga dilandasi rasa takut masyarakat akan tertular.
Imbasnya dari pembatasan kegiatan sosial ini sangat dirasakan oleh para pelaku usaha mikro, semisal warung makan. Tidak sedikit yang terpuruk dan gulung tikar tanpa mampu bangkit lagi.
Mama Adhel, adalah satunya. Pemilik warung makan yang tinggal di kawasan Komplek Andai jaya Persada ini, terpaksa harus menutup warung nasinya yang terletak di Jalan Bali, Kota Banjarmasin, lantaran sepi pembeli.
Adanya kebijakan pembatasan sosial, aktivitas belajar mengajar secara tatap muka ditiadakan. Anak-anak sekolah pun diharuskan mengikuti pelajaran secara online. Padahal umumnya pelanggan warung Mama Adhel ini adalah anak-anak sekolah karena letaknya memang berdekatan dengan beberapa sekolah di lingkungan itu. Apalagi warung Mama Adhel ini mematok harga yang terjangkau untuk kantong pelajar. Hanya Rp10.000 per porsi.
''Ini berlangsung hampir satu tahun,'' ungkap Mama Adhel ketika bercerita tentang kondisi warungnya saat pandemi.
Lantas, apa yang membuatnya bertahan hingga tidak sampai terpuruk bahkan sampai gulung tikar. ''Semangat dan terus melakukan berbagai cara agar warung kami tetap mendapatkan pemasukan,'' katanya.
Di era new normal seperti sekarang ini, warungnya buka mulai pukul sebelas siang hingga pukul empat sore.
Pembelinya kini lebih didominasi bungkus, dibandingkan makan di warung. Bahkan seringkali pembelian dilakukan dalam jumlah besar untuk pekerja kantoran.
“Ini cukup membantu dalam pemasaran, bahkan meningkatkan penjualan,” jelas ibu beranak dua ini.
Untuk menarik minat pembeli, Warung Mama Adhel menuliskan harga menu yang disediakan di depan warung, sehingga memudahkan pembeli mengetahui harga makanan di sana.
“Cukup menarik pembeli untuk singgah, karena yang dilirik sekarang adalah makanan dengan harga Rp10 ribu per porsi,” ungkapnya.
Diakui, jika sebelum pandemi bisa menjual sekitar 25 ekor ayam lebih atau 250 porsi per hari, namun ini berkurang menjadi 20 ekor atau 200 porsi tergantung kondisi.
“Disini lebih didominasi bagi kalangan pekerja, sehingga penjualan hanya ramai pada Senin-Jumat, jadi untuk hari sabtu dan Minggu kami tutup,” ungkapnya.
Dengan menyasar pelanggan pekerja kantoran ini ternyata cukup lumayan, meski tidak sebesar saat kondisi normal namun sudah cukup untuk menjalankan usaha di masa pandemi saat ini.(milhan rusli)
Tags
Humaniora