DUKUNG program sistem usaha tani diversifikasi dan integrasi di sektor perkebunan, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang menggelar Pelatihan Budidaya Karet integrasi kakao dan kopi.
Pelatihan yang diikuti 30 peserta petani dan penyuluh pendamping ini berlangsung selama 3 hari, 28 hingga 30 April 2021 di BPP Kecamatan Murung, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah.
Murung Raya didominasi tanaman perkebunan utamanya karet yang merupakan hasil berbagai proyek pengembangan karet pada dekade yang lalu. Karet merupakan komoditas utama dan menjadi mata pencaharian sebagian petani pekebun di Murung Raya.
Seiring dengan perkembangan harga karet yang semakin tidak komparatif dibanding dengan komoditas perkebunan lainnya, mendorong pemerintah setempat untuk mengembangkan tanaman kopi dan kakao.
Kondisi kebun karet yang lebih layak disebut hutan karet sudah tidak produktif. Hal ini tidak terlepas dari umur yang sudah rata-rata di atas 20 tahun. Di lain pihak harga karet yang bertahan di tingkat rendah.
Pujo Sarwono, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Murung Raya mengungkapkan hal itu di tengah-tengah penyampaian materi kebijakan dan program pengembangan tanaman perkebunan.
“Harga karet rendah pada akhir-akhir ini, bahkan sempat mencapai titik terendah Rp 4000 per kilogram,” ungkap Pujo.
Harga karet yang rendah menurunkan gairah petani untuk mengelola karet. Karenanya, Dinas Pertanian dan Perikanan Murung Raya memprogramkan untuk memanfaatkan kebun karet yang sudah eksis dengan tanaman kakao dan kopi sebagai tanaman sela yang prospektif dan cocok dalam sistem diversifikasi di Murung Raya.
Proses pembelajaran difasilitasi oleh Widyaiswara BBPP Binuang bersama dengan Staf Bidang perkebunan, dan Petani kakao yang sudah berhasil.
Proses belajar dimulai dengan pemahaman tentang konsep diversifikasi dan integrasi, teknik pengelolaan tanaman dalam sistem diversifikasi integrasi, dan kunjungan ke lokasi untuk melihat kondisi lapangan.
Dalam kesempatan pembelajaran, Marhaenis Budi Santoso, Widyaiswara BBPP Binuang menerangkan, diversifikasi dan integrasi merupakan cara berusaha tani untuk mengefisiensikan pemanfaatan lahan dan sumberdaya.
Menurutnya, dengan diversifikasi dan integrasi dapat mewujudkan kesinambungan usaha tani dan stabilitas produksi pada tingkat produktivitas kumulatif yang tinggi.
Tanaman kopi dan kakao merupakan tanaman yang membutuhkan naungan, sementara karet bisa berfungsi sebagai naungan produktif sehingga tak perlu lagi naungan lain.
Di tengah kunjungan ke lokasi kebun, Marhaenis menerangkan bahwa dengan vegetasi lahan yang mirip hutan dan topografi miring sulit untuk mengangkut sarana produksi ataupun hasil nantinya. Karenanya, untuk penanaman Marhaenis menyarankan dengan menggunakan biji.
“Pada kondisi seperti ini, tanam saja biji langsung di titik-titik tanam, bila sudah tumbuh diokulasi di kebun,” terangnya.
Sementara Kepala Dinas, Pujo Sarwono menyatakan, kondisi ideal untuk mengembangkan diversifikasi dan integrasi memang tidak ada, tidak ada program pengembangan karet. Karena itu akan terus mendorong petani untuk memanfaatkan lahan karet dengan kakao dan kopi.
“Yang terpenting setiap lahan kosong di antara karet dibersihkan dan ditanami. Karet yang tidak produktif ditebang untuk memberi ruang yang cukup bagi tanaman kakao dan kopi,” tuturnya.[rilis]
Tags
Ekbis