Acara diskusi bertema "Ketahanan Ekonomi di Kota Magelang Selama Pandemi", di Ruang Walikota Magelang, Jumat (30/4/2021). | Foto: Pemkot Magelang.
MAGELANG - Berbagai pembatasan aktivitas masyarakat akibat Covid-19, telah mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Magelang, Jawa Tengah mengalami penurunan yang cukup drastis.
Sebelum pandemi, kota berpenduduk 130 ribu jiwa ini tercatat mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata 5 (lima) persen. Namun angka ini kemudian menurun, menjadi minus 2,5 persen.
Demikian terungkap dalam diskusi bertajuk "Ketahanan Ekonomi Kota Magelang Selama Pandemi", di Ruang Walikota Magelang, Jalan Sarwo Edhie Wibowo, Jumat (30/4/2021).
Talkshow digelar atas kerjasama Pemerintah Kota Magelang, JNE Kota Magelang, dan Surat Kabar Harian Jogja.
Hadir sebagai pembicara, Walikota Magelang dr H Muchammad Nur Aziz, Sp.PD, Kepala Cabang JNE Magelang Bambang Kristiady, dan Ketua Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Kota Magelang, Edy Sutrisno.
"Kota Magelang terkenal sebagai Kota Jasa. Jadi perekonomian di sini tergantung dari banyaknya orang yang datang ke Magelang. Tapi, menjelang Lebaran ini, kita harus mengikuti keputusan Pemerintah Pusat bahwa tidak ada mudik dengan harapan tidak ada klaster (Covid-19)baru", kata Dokter Aziz.
Ia menyebutkan, kekuatan terbesar perekonomian Kota Magelang adalah jasa konstruksi, yakni 16 persen. Selain itu, ada jasa perdagangan, jasa kesehatan, jasa sosial bahkan jasa pengolahan sampah, yang akan mendorong masyarakat untuk tetap bekerja dan menumbuhkan ekonomi.
Adapun kelemahan Kota Magelang, adalah minimnya lahan pertanian dan tidak adanya sektor kelautan. Di bidang pertanian, Dokter Aziz mengatakan, pemerintah kota telah mengembangkan sistem pertanian di perkotaan (urban farming) menggunakan pupuk organik.
"Untuk investasi, saat ini investasi terbesar di Kota Magelang ada yang mau membangun di lahan bekas bioskop Magelang Theater. Namun, ada beberapa hal yang harus diselesaikan, kami akan memberikan deadline untuk segera menyelesaikan investasi itu", terang Dokter Aziz.
Selanjutnya, Pemerintah Kota Magelang juga berencana membangun "Rumah Kreatif", yang akan menjadi penghubung antara Pemerintah Kota Magelang dengan pengusaha dan swasta, sehingga ketiga pihak itu bisa bersinergi membangun Kota Magelang ke depan.
Bambang Kristiady memaparkan, sektor logistik menjadi salah satu yang diperbolehkan beroperasi di masa pandemi Covid-19. Jasa pengiriman barang sempat menurun di awal pandemi, namun kini sudah stabil.
"Pada Ramadan dan mendekati Lebaran saat ini, ada larangan mudik, tentunya berimbas pada peningkatan kiriman hingga 30 persen, atau satu juta kiriman perhari secara nasional", ungkapnya.
Sementara Edy Sutrisno mengungkapkan, kehidupan pengusaha selalu menghadapi tantangan, misalnya saat krisis ekonomi 1998, 2009 hingga pandemi di tahun 2020.
Namun demikian, ada satu hal yang meningkat dari pengusaha, yaitu instingnya.
"Pengusaha melihat tantangan sebagai peluang untuk inovasi. Adaptasi pengusaha di Kota Magelang ini sangat hebat, terutama UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang menjadi penopang ekonomi sebesar 60 persen. Kita melihat UMKM memiliki struggle of life, artinya, kalau kepepet jadi pinter. Jadi, sektor UMKM Kota Magelang tidak terlalu berdampak", ujar Edy Sutrisno.
Ia menyebutkan, Kota Magelang termasuk unik karena memiliki sektor jasa, kuliner dan passing city yang terlewati arus besar dari Semarang.
Karenanya, di dunia bisnis, peluangnya akan selalu terbuka. Selain itu, karakter masyarakat Kota Magelang sangat luwes dan memiliki solidaritas tinggi.
"Dengan adanya solidaritas, kompetisi tidak mematikan usaha lain, tetapi berkolaborasi. Misalnya pendanaan, di Kota Magelang tersedia bagi orang-orang yang kreatif. Ada banyak bank, mereka lebih banyak membantu UMKM terutama retail, bukan ke perusahaan besar", tuturnya.[sahrudin]
Tags
Ekbis