Tuti (45) buruh migran asal Pemalang, Jawa Tengah, yang bekerja di Malaysia. Ia diduga dibuang oleh majikannya sendiri. Ia ditemukan oleh warga Malaysia lainnya, dalam kondisi memprihatinkan. | Foto: Junaedi.
SEMPAT dikabarkan hilang, seorang buruh migran bernama Tuti (45) ternyata dibuang di pinggir jalan oleh majikannya sendiri. Akibat perlakuan tidak manusiawi itu, Tuti terpaksa menjadi gelandangan di Negeri Jiran Malaysia.
Tuti adalah buruh migran asal Desa Pendowo, Kecamatan Bodeh, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Ia telah lima tahun bekerja di Malaysia, sebagai seorang asisten rumah tangga.
Dua bulan lebih menjadi tunawisma, Tuti ditemukan oleh warga Malaysia yang baik hati. Ia kemudian dipekerjakan sebagai asisten rumah tangga oleh orang tersebut.
Kini Tuti tinggal bersama sang majikan, di apartemen Taman Kobena, Cheras, Kuala Lumpur.
Yang bikin lega, di tempat yang baru itu, Tuti tidak bekerja sendiri. Ia punya teman, sesama asisten rumah tangga, yang juga berasal dari Indonesia. Evi, namanya.
"Waktu kami temukan Mbak Tuti, penampilannya sangat menyedihkan. Sudah seperti pengemis. Bos saya, majikan saya, merasa kasihan. Lalu Mbak Tuti diajak ikut", tutur Evi kepada Grapena.com, melalui panggilan video WhatsApp, Selasa (6/4/2021) sore.
Pada kesempatan itu, Tuti juga ikut menceritakan kisah pilu yang ia alami: "Saya dibuang oleh majikan (lama) saya. Dia orang keturunan In... (Tuti menyebut sebuah negara di Asia Selatan. Redaksi menyamarkannya untuk menghindari SARA)".
Tuti mengaku tak tahu-menahu, kenapa majikan lamanya sedemikian tega terhadap dirinya.
"Saya padahal sudah kerja diforsir. Badan saya sampai seperti itu (lusuh, tak terurus). Pagi, siang, malam saya harus kerja", ungkapnya.
Penderitaan Tuti tak hanya sampai disitu. Setelah ia dibuang di pinggir jalan pun, berbagai dokumen penting miliknya masih juga ditahan oleh majikan sebelumnya.
"KTP, paspor, dan surat-surat lain masih ditahan. Banyak gaji saya belum diberikan. Kalung emas saya ikut diambil", tuturnya.
Ia pun berharap, pihak berwenang di Malaysia atau perwakilan pemerintah Indonesia bersedia untuk membantunya.
"Semoga ada yang mau membantu saya. Biar surat-surat penting saya bisa kembali. Juga gaji saya", kata Tuti, memohon.
SEBAGAIMANA diberitakan sebelumnya, selama beberapa bulan pihak keluarga mengaku telah kehilangan kontak dengan Tuti.
Pada saat itu, Tuti masih bekerja di tempat majikan yang kemudian membuangnya di jalan.
"Waktu terakhir telepon, majikannya bilang Tuti kabur. Sesudah itu tidak bisa lagi ditelepon", tutur Mito, suami Tuti, pekan lalu.
Ia menyebut nomor telepon itu: +60 19218 1327.
Namun hal itu dibantah oleh Tuti kemarin sore. Ia bukan kabur, melainkan diturunkan di pinggir jalan sunyi, lalu ditinggalkan begitu saja.
"Saya dibawa naik mobil. Sampai di jalan sepi, saya disuruh turun, langsung ditinggal pergi", kisahnya.
Di tempat majikan lamanya ini, Tuti sudah bekerja sekitar dua tahun. Dalam kurun waktu itu, ia tak pernah bisa berteleponan langsung dengan keluarga.
"Kalau saya telepon, harus lewat majikannya. Tidak bisa langsung", kata Mito.
"Anak-anak terus menanyakan ibunya. Anak kami tiga. Semua masih sekolah. Yang paling kecil rencananya mau sunat dua bulan lalu. Tapi ditunda".
Namun ia bersyukur, meski dengan kondisi memprihatinkan, Tuti akhirnya bisa ditemukan dalam keadaan selamat.
"(Saya) baru tahu nomor telepon istri saya setelah dia kirim surat", ungkap Mito.[junaedi]
Tags
Peristiwa