RANTAU – Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang dengan pasukan widyaiswara dan sinergis dengan penyuluh pertanian lapang bahu membahu memberdayakan sumberdayanya. Ini untuk mewujudkan dan mengoptimalkan kemandirian sarana produksi baik pupuk, benih dan pestisida di wilayah Food Estate.
Pada kesempatan ini, mulai 6 hingga 8 April 2021 BBPP Binuang mengadakan pelatihan tematik berbasis korporasi untuk mendukung Food Estate.
Pelatihan ini diikuti 30 peserta dari kelompok penangkar benih dan penyuluh pertanian dengan mengambil lokasi di BPP Pangkoh, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan tengah, dengan materi Produksi Benih Tanaman Padi.
PPL dan petani juga menerima materi penunjang yaitu cara membuat pupuk organik, zat perangsang tumbuh, pestisida nabati, teknik Cultur Mikro Local Spesifik (CMLS).
"Turut hadir juga petugas BPSB Propinsi Kalimantan Tengah dibantu Tokoh Petani Penangkar yang sudah sukses yang membimbing dalam proses produksi benih padi dari membantu benih sumber, penentuan lokasi hingga keluar label benih," papar Dr Ir Yulia Asni Kurniawati M.Si, Kepala BBPP Binuang.
Budiono, Widyaiswara BBPP Binuang menambahkan, model pemberdayaan BPP Kostratani dan Poktan/Gapoktan/BUMP dilakukan sekaligus untuk menjawab permasalahan kekinian, yaitu kedaulatan pangan, energi, akselerasi pemulihan ekonomi/perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha hingga optimalisasi peningkatan pendapatan petani.
Menurutnya, melalui ketersediaan sarana produksi secar mandiri, yang meliputi 45% dari total biaya usaha tani. Apalagi dengan dampak Covid-19, bencana banjir tentunya modal kerja petani telah terkuras baik puso, penggunaan untuk biaya hidup dan meningkatnya harga harga sarana produksi dan harga sembako.
"Upaya itu diwujudkan dengan membantu memberikan bimbingan secara offline dan online sehingga peserta termotivasi dengan pola pendampingan pasca pelatihan secara online,” imbuh Budiono.
“Ecogreen, Green – Food, dan Green Economic”.
Jejaring kemitraan dengan BPP Kostratani tentu akan menjadi base camp bagi desiminasi dan improvisasi inovasi teknologi spesifik lokal dan menjadi pusat pembelajaran dan konsultasi secara integral gayung bersambut kerjasma lintas sektor telah terbukti.
"Apalagi dengan kebijakan pemerintah untuk percepatan pemulihan ekonomi dari pertumbuhan minus 2.19 menjadi 4.4% diakhir 2021, tentu perlu perjuangan dan sinergisitas semua pihak tak ketinggalan petani dan penyuluh sendiri sebagai subjek dan objek kegiatan food estate,” pungkas Budiono.[rilis]
Tags
Ekbis