KUALA KAPUAS - Untuk mewujudkan Food Estate di Kabupaten Kapuas, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang melaksanakan Pelatihan Tematik Budidaya Padi Lahan Rawa di BPP Dadahup, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.
Ini dilakukan untuk wujudkan salah satu peran strategis BPP Kostratani, yaitu Pengembangan Inovasi Teknologi dan membangun jejaring kemitraan usaha. Langkah awal mewujudkan BPP sebagai wujud nyata kegiatan bisnis, sebagaimana yang telah dilakukan dengan kemitraan dengan binaan yaitu pemasaran telur itik.
Selanjutnya mengembangkan usaha bersama Gakpotan /BUMP untuk bisa memproduksi sarana produksi baik pupuk organik, pestisida nabati, bibit, jasa Alsintan untuk melayani utama anggota petani Poktan/ Gakpotan/ BUMP peserta Food Estate.
Mengingat pengalaman selama ini setiap musim tanam dimulai harga dan persediaan sarana produksi ini mahal dan langka. Apalagi di lokasi food estate merupakan kawasan yang sensitif oleh perubahan cuaca/pasangsurut air.
"Semangat mandiri mendorong BPP menjalin dengan KEP untuk secara bertahap memenuhi kebutuhan binaan secara mandiri, dengan bimbingan widyaiswara dan penyuluh pertanian dengan berkolaborasi smeua pihak baik peneliti, dosen dan pemerhati pangan dan pertanian,” ungkap Budiono, Widyaiswara BBPP Binuang.
Budiono menekankan bahwa kegiatan Food Estate, selain penyedian pangan untuk berkontribusi memantapkan swasembada pangan nasional, juga sebagai wahana percepatan meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian petani.
Keberadaan koorporasi petani, dimana Kelompok Tani diharapkan mampu menjelma menjadi Badan Usaha yang profesional untuk akselerasi mencapai kemakmuran peserta “Food Estate”.
“Koorporasi seperti Badan usaha Koperasi atau bahkan PT terbentuk, sehingga petani mempunyai akses pelayanan dan informasi teknologi, pasar dan daya tawar dalam proses bisnis dan tidak mudah dimainkan oleh tengkulak,” imbuhnya.
Senada, Kepala BPPSDMP, Prof Dedy Nursyamsi saat memberikan arahan dalam coffee morning melalui zoom, pada Senin 15 Maret 2021, dalam rangka untuk percepatan mewujudkan Food Estate diharapkan penguatan kelembagaan petani dalam bentuk perseroan terbatas (PT).
Kepala BBPP Binuang, Dr Ir Yulia Asni Kurniawati M.Si menambahkan, pelatihan-pelatihan ke depan dalam rangka mendukung program Food Estate, dapat dilaksanakan dengan berkolaborasi dengan mitra kerja penyedia saran produksi program Food Estate, mengingat keterbatasan anggaran pelatihan balai.
Budiono juga menambahkan, melalui pelatihan tematik budidaya padi lahan rawa peserta dibekali untuk mampu berimprovisasi dengan pendampingan penyuluh pertanian untuk menerapkan inovasi teknologi tepat guna dalam membuat pupuk organik (padat dan cair), Biochar dari limbah pertanian dan membuat pestisida nabati dan persemaian/benih.
Tindaklanjutnya untuk mengawal purnawidya ini dilakukan dengan ZOOM dan atau WA Group sebagai media konsultasi dan pengawalan teknis pendampingan penerapan teknologi spesifik lokal disamping akan menjalin kolaborasi dengan lintas UPT kementan, sektor dan swasta khususnya yang konsen terhadap kesuksesan Program Food Estate.
“Kesuksesan meningkatnya produksi dan pendapatan petani. Tentunya harus berkelanjutan. Untuk itu, petani harus dibekali untuk mampu mandiri dalam berproduksi sebagaimana diberikan oleh BBPP Binuang dengan berlatih membuat pupuk organik, pestisida nabati, dan persemaian DAPOK/Benih," sela Abd Iman, salah satu peserta dan pengurus Poktan di wilayah BPP Dadahup.
”Dengan kegiatan pelatihan yang digelar BBPP Binuang, saya menjadi terampil membuat semai Dapok, dan akan ditawarkan ke petani lain yang akan melakukan penanaman menggunakan rice transplenter," sahut Suhartini, peserta pelatihan tematik budidaya padi lahan raya di BPP Dadahup.
Sungguh luar biasa peluang dapat mengikuti pelatihan ini, bukan hanya wawasan, pengetahuan, motivasi, tapi peserta juga dibekali dalam mengoptimalkan peluang dari program food estate dengan berproduksi pupuk, pestisida, benih/persemaian di masing masing Poktan dengan bekerjasama dengan BPP.
"Peluang ini akan menjawab setidaknya menekan kegagalan program sebagai akibat keterlambatan dan belum optimalnya kolaborasi yang ada, khususnya dalam pemberdayaan penyediaan sarana produksi secara gotong royong dengan motor penggerak BPP Konstratani,” pungkas Arpani, Kepala BPP Dadahup.[rilis]
Tags
Ekbis