ISTRI pejabat tampil modis? Banyak. Tapi yang stylish dengan fashion karya sendiri dan produk lokal, mungkin hanya Vivi Mar'i Zubedi.
Vivi adalah kreator sekaligus pemilik VZXBNB, brand outfit wanita, asli Indonesia. Meski lokal, tapi berkelas dunia.
Label ini hadir dalam beragam busana ready-to-wear dan hijab, juga aksesoris seperti kacamata, bros (brooch), dan lain-lain.
Lewat salah satu akun Instagramnya, @vivizubedidaily, ia kerap memosting aktivitas keseharian sebagai "First Lady"nya Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, berikut modest fashion yang dipakainya.
Ya, Vivi sudah sah disapa "Bu Walikota" sejak Jumat (26/2/2021), bersamaan dengan dilantiknya Aditya Mufti Arifin, sang suami, sebagai Walikota Banjarbaru periode 2021-2024.
Hari itu juga, Vivi mulai mengemban tugas sebagai Ketua Tim Penggerak PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), di kota terbesar kedua di Kalimantan Selatan itu.
Kehadiran wanita kelahiran 17 April ini, sebenarnya kesempatan (sekaligus berkah) bagi para pelaku industri kreatif di Banjarbaru. Bukan cuma Banjarbaru, tapi juga Kalimantan Selatan.
Kita tahu, daerah ini punya banyak kekayaan lokal: mulai dari kain tradisional, kerajinan anyaman purun (sejenis pandan) serta cinderamata berbahan batu mulia.
Pasar internasional menyukai itu semua.
SEBAGAI Ketua Tim Penggerak PKK, sudah pasti, alumni Universitas Sumatera Utara ini akan sekuat tenaga mengerek derajat aneka kekayaan lokal itu.
Kalau menurut istilah kekinian, Bu Walikota bisa berperan sebagai influencer, untuk meng-endorse produk-produk kreatif, yang lahir dari tangan-tangan terampil pengrajin setempat.
TAS anyaman purun adalah aksesoris yang sering ia tenteng, tiap kali melakukan berbagai "giat" (kependekan dari kegiatan). Ia ikut mengangkat gengsi cinderamata itu dengan memberinya label "Tassel Purun Bag" dan "VZXZS".
Sebagai desainer yang telah makan asam garam di kancah mode global, masukan dari Vivi tentu dinanti oleh para pengrajin. Masukan terkait kualitas dan desain, agar karya-karya Urang Banua makin banyak lagi yang beredar di galeri-galeri negara manca.
Sebagaimana diketahui, Vivi pernah memboyong 32 koleksi sasirangan dan kain tenun Pagatan ke New York Fashion Week (NYFW) 2018. Ini merupakan salah satu panggung terbesar bagi desainer dunia, yang digelar sejak 1943 dengan nama Fashion Week Press.
Ia memadukan kain khas Kalimantan Selatan itu dengan kain berbahan suede dan lace bernuansa monokrom. Di atas runway NYFW, karya-karya Vivi ditampilkan dalam wujud modest fashion (busana sopan, sederhana, tidak memamerkan bentuk tubuh).
Yang dilakukan Vivi ini, tentu saja, iklan yang luar biasa bagi produk-produk khas Kalimantan Selatan. Ingat, New York adalah satu diantara "Big Four", empat kiblat mode dunia (Paris, Milan, London dan New York).
Melalui Yayasan Vivi Zubedi yang bekerjasama dengan Bank Indonesia, pada 11 Desember 2018 ia mendirikan IKRA (Industri Kreatif Syariah Indonesia).
Ini merupakan platform yang bertujuan meningkatkan kapasitas para pelaku ekonomi kreatif syariah, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan selera pasar dalam maupun luar negeri.
MEMILIKI latar belakang sebagai desainer, tentu saja, Vivi lebih sering bergaul dengan kalangan elit, yang selalu tampil rapi, wangi, chic, dan fashionable.
Tapi nyatanya, ia samasekali tak terlihat canggung ketika menjalankan peran barunya sebagai seorang "pelayan" masyarakat.
Sebagai seorang istri walikota, maupun dalam kapasitasnya sebagai Ketua Tim Penggerak PKK, mau tak mau, ia mesti kerap terjun langsung di tengah masyarakat.
Melalui postingan di akun Instagramnya, ia terlihat natural saja ketika harus duduk selonjor di teras rumah seorang pengrajin anyaman purun.
Atau ketika ia ikut duduk "nglemprak" di pinggir jalan, saat mengobrol dengan kakek penjaja makanan.
Lain waktu, ia tiba-tiba berhenti di warung pinggir jalan untuk beli minuman. Vivi kemudian malah membercandai penjualnya, agar mau mempraktikkan gesture jari "finger heart" saranghae ala Korea.
Semua tampak berjalan alami, tidak dibuat-buat.
MUNGKIN karena Vivi memang pernah berada di posisi seperti mereka. Kesuksesan yang ia dapatkan sekarang, juga berawal dari usaha kecil-kecilan yang ia tekuni sejak 2011.
"Ragu, lelah, berbagai hambatan pernah saya alami. I've been there. Trust me..." kenangnya.[sahrudin]
Tags
Humaniora