PELAIHARI - Banjir yang melanda sebagian besar di Pelaihari, masih menyisakan kegembiraan petani di beberapa desa di Kecamatan Pelaihari. Satu di antaranya Desa Telaga.
Desa Telaga sendiri merupakan salah satu lokasi yang tidak mengalami gagal panen akibat banjir.
Sabtu (13/3/2021), dengan dipantau oleh Penyuluh Pertanian setempat, petani melakukan panen pada areal PATB seluas 1 hektare, pada hamparan seluas 25 hektare. Hasil ubinan yang dilakukan oleh Mantri Tani bersama PPL setempat dan petani, diperoleh 8,5 ton per hektare GKP padi varietas Inpari 32.
“Produktivitas 8,5 ton per hektare GKP. Kalau kadar airnya 25 persen kira-kira GKG akan didapat 7,4 ton,” ungkap Tukirin, Mantri Tani Kecamatan Pelaihari.
Tukirin mengungkapkan, hasil ini jauh lebih tinggi dibanding dengan panen-panen sebelumnya yang hanya didapatkan 4,5 ton per hektare di desa yang sama.
Menurutnya, produkivitas tinggi yang didapat karena padi, dulunya ditanam dengan sistem tabela sehingga didapat populasinya tinggi. Pada umumnya gangguan hama tikus pada sistem tabela sangat tinggi. Namun kali ini tidak karena petani secara rutin memberian umpan tikus.
“Pemberian umpan tikus dilakukan secara rutin oleh petani demikian juga penjagaan terhadap serangan burung,” ungkap Tukirin.
Panen pada areal tanaman baru di Pelaihari dipastikan akan mencapai 350 hektare. Luasan ini merupakan sisa bagian sawah yang tidak mengalami kerusakan akibat banjir.
Setidaknya ada 1140 hektare yang gagal panen. Namun, baik petani yang berada di lokasi yang gagal atau pun berhasil panen, tetap berupaya pada musim tanam kedua ini akan mengejar supaya bisa tanam sesuai yang dijadwalkan yaitu April.
Karena itu, panen akan terus berlangsung dan dipacu agar bisa selesai awal Maret utuk dapat mengejar tanam bulan April.
“Ini merupakan bagian sawah yang tidak mengalami rendaman lama sehingga selamat panen,” ungkap Saidillah, Koordinator BPP Kecamatan Pelaihari.
Disebutkan beberapa lokasi yang selamat dan dapat panen antara lain Desa Telaga, Sumber Mulia, Bumi Jaya, Kampung Baru, Sungai Riam, dan Kelurahan Pelaihari.
Ditanyakan tentang harga jual gabah, Saidillah mengatakan tidak ada perbedaan atau kecenderungan naik atau turun, masih berkisar di Rp 4.500 hingga 5.000, sama dengan tahun-tahun lalu.
"Artinya, tidak benar kalau ada penurunan harga gabah di petani," jelasnya.[rilis]
Tags
Ekbis