KEMENTERIAN Pertanian RI melalui BBPP Binuang bersama Komunitas Penyedia Tenaga Kerja Internasional Indonesia (Kapten) perwakilan Kalimantan Selatan berencana mengirimkan petani muda untuk magang di Jepang, demi meningkatkan kemampuan para petani muda.
Sebagai tindak lanjut kerja sama yang telah dibahas dalam Pertemuan Koordinasi Peningkatan Kompetensi Petani Muda melalui Program Magang Jepang dan Specified Skilled Worker (SSW) di BBPP Lembang, Bandung, Jawa Barat pada 28 hingga 30 Januari 2021.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, penyiapan tenaga kerja harus dilakukan. Kementan dan Yayasan Kitong Bisa Bersinergi Ciptakan 100 Ribu Petani Milenial.
"Kita (Indonesia) membutuhkan petani milenial yang siap bersaing secara global. Untuk itu, kemampuan tenaga tani harus disiapkan, salah satunya melalui program magang," katanya.
Menurut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, Kapten dipilih menjadi mitra karena sudah lama malang melintang di dunia pertanian.
"Kapten tahu bagaimana mengelola para tenaga magang di luar negeri, apalagi di Jepang," katanya.
BPPSDMP Kementan Siap Cetak Petani Milenial yang Maju, Mandiri dan Modern Ia menambahkan, Indonesia memang punya kompetensi dalam mengelola tenaga magang ke negara-negara yang sudah maju.
"Utamanya tentu saja ke negara-negara yang sudah maju pertaniannya misalnya Jepang, Taiwan, Australia, Korea dan sebagainya," jelasnya.
Sebagai kelanjutannya beberapa waktu yang lalu Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang mendapat kunjungan lapang dari Tim KAPTEN perwakilan Kalimantan Selatan.
Kepala BBPP Binuang, Dr Ir Yulia Asni Kurniawati Msi saat mendampingi keliling fasilitas yang dimiliki BBPP Binuang.
"Selanjutnya sejak 25 Februari hingga 10 Mei 2021 diadakan pelatihan petani magang jepang, sebagai tindak lanjut MoU antara BBPP Binuang dan KAPTEN," ungkap Yulia.
Di sela istirahat pembelajaran, Budiono salah satu Tim Pengajar Pelatihan Teknis Petani Magang Jepang pada 4 Maret 2021 menyampaikan, peserta menerima pembelajaran sejumlah 600 jam pembelajaran selama 75 Hari, kegiatan indoor dan outdoor.
Saat pembelajaran teori dasar, teori terapan dan motivasi sikap prilaku dilakukan di kelas dilanjutkan penerapan, pembentukkan dan pengembangan jiwa karakter sebagai petani modern dan sebagai enterprenership yang berkarakter dengan misi global dilakukan di lapangan sambil menempa kedisiplinan diri dan fisik dan mental yang sehat.
“Sebagai contoh teori dasar yang diterapkan dalam implementasi teknologi tepat guna, peserta menerima materi dasar-dasar ilmu pertanian yang membahas ilmu ilmu tentang taksonomi, fisiologi, genetika, agroklimatologi, tanah, ekologi, anatomi dan morfologi tanaman yang sangat diperlukan untuk memperkuat pemahaman, sikap karakter diri dalam memperlakukan alam.
Sehingga alam ini mampu memberikan produktivitas secara optimal dengan produk yang kompetitif dipasar global yang pada akhirnya mampu memberikan peningkatan kesejahteraan secara optimal dengan alam tetap lestari sehingga proses produksi pertanian dapat berkelanjutan pula.[rilis]
Tags
Ekbis