Sirup kurma bikinan Rapuzel, produsen makanan organik yang berbasis di Jerman. Rapunzel menjalin kemitraan dengan pekebun kurma di Tunisia. | Foto: Rapunzel.
BADAN Promosi Impor (CBI) Kementerian Luar Negeri Kerajaan Belanda (Oktober, 2020) menyebutkan, tingkat konsumsi buah kurma di Eropa menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini, terutama dilatarbelakangi oleh perubahan pola konsumsi masyarakat di berbagai negara di benua itu.
Negara-negara seperti Perancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Italia serta Belanda, dikenal memiliki tingkat konsumsi yang tinggi terhadap buah bernama latin Phoenix dactylifera itu. Mereka rutin mengimpor kurma dari negara-negara penghasil komoditas itu, utamanya dari kawasan Timur Tengah dan Afrika.
Tahun 2015, jumlah kurma yang masuk ke Eropa tercatat sebanyak 91 ribu ton. Angka ini melonjak di tahun 2019, menjadi 126 ribu ton. Total nilainya, 405 juta Euro. Hampir Rp 7 triliun dengan kurs hari ini.
Lonjakan permintaan kurma di Eropa, sebagaimana disebut di awal tulisan, terutama dipicu oleh perubahan pola konsumsi masyarakatnya.
Ditengah serbuan berbagai produk snack pabrikan, mereka sadar bahwa tubuh lebih memerlukan camilan yang lebih sehat. Yaitu, makanan ringan yang tahan lama, dan praktis dibawa kemana saja.
Dan itu, salah satunya, ada pada kurma.
Masyarakat Eropa, setidaknya seperti yang disebut CBI, juga menginginkan bahan alami pengganti gula. Sekali lagi, bahan alami, bukan produk pabrikan.
Mereka dikenal dengan mobilitasnya yang tinggi. Sebentar ke sana, sebentar ke sini, lalu entah kemana lagi. Sudah pasti itu butuh banyak kalori.
Karena faktor kepraktisan menjadi pertimbangan utama, lagi-lagi pilihan terbaik jatuh pada kurma.
Namun demikian, tidak semua kurma yang masuk Eropa didistribusikan untuk konsumsi langsung. Sejumlah produsen makanan ternama, telah lama memanfaatkan kesempatan itu.
Mereka membuat beragam produk olahan berbahan dasar kurma. Mulai dari sirup, aneka kue, sereal, hingga pasta dan selai.
Perusahaan-perusahaan itu, diantaranya, Crosse & Blackwell, Quaker, Pillsburry, Sun Country dan beberapa yang lain.
Para produsen diuntungkan dengan berbagai karakter yang dimiliki kurma. Selain mengandung macam-macam nutrisi penting, secara fisik kurma juga berfungsi sebagai pewarna coklat alami. Ia punya rasa yang khas, dan terpenting, tak perlu menambah pemanis buatan.
Begitulah di Eropa. Tertarik pada kurma karena kandungan nutrisinya. Sedangkan kita, mengonsumsi kurma karena termasuk sunnah, berkah dan berpahala. Semua sama baiknya.[sahrudin]
Tags
Humaniora