Bukit Tidar dipotret dari udara, dari sisi utara Kota Magelang, Jawa Tengah. | Foto: Drone Magelang.
BULAN Maret ini hujan masih sesekali turun. Dari kejauhan, Bukit Tidar tampak rimbun dan segar. Ada 110 ragam flora yang tumbuh di sana. Sebanyak 52 jenis diantaranya adalah penghasil buah, bunga dan umbi-umbian.
Bukit Tidar adalah paru-paru Kota Magelang. Ia diapit oleh kawasan permukiman padat penduduk, pertokoan, Akademi Militer, serta sebuah lapangan golf.
Dataran berketinggian 500 meter itu sebenarnya lebih pantas disebut bukit. Tapi entah kenapa, sejak dulu orang Magelang terlanjur suka menyebutnya gunung. Termasuk, pemerintah kota setempat.
Makanya, di sisi timur ada tulisan Kebun Raya Gunung Tidar. Bukan Kebun Raya Bukit Tidar.
Pada 3 Mei 2019, sebuah perjanjian ditandatangani oleh Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kota Magelang dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Perjanjian itu berisi Perencanaan Pembangunan Kebun Raya Gunung Tidar.
"Pengelolaan Gunung Tidar berada dibawah koordinasi Pemerintah Kota Magelang," kata Donna Revilia, Tim Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi LIPI, melalui surat elektronik, awal Februari 2021.
Sebuah kebun raya harus memiliki setidaknya lima fungsi, yaitu konservasi, edukasi, penelitian, pendidikan wisata dan jasa lingkungan. Kelima syarat itu telah dipenuhi Bukit Tidar.
PEMERINTAH Kota Magelang memang menghendaki Bukit Tidar menjadi kebun raya. Tujuannya, agar bisa lebih maksimal dan leluasa mengelolanya. Kajian terhadap perubahan status Bukit Tidar dari hutan kota menjadi kebun raya, sudah dilakukan sejak 2016.
Kota Magelang memiliki luas wilayah 18,12 kilometer persegi. Jumlah penduduknya, sekitar 130 ribu jiwa. Kepadatan penduduk hampir mendekati 7 ribu jiwa perkilometer persegi.
Sebagai salah satu kota dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Jawa Tengah, maka keberadaan Bukit Tidar menjadi vital. Bukit tersebut merupakan satu-satunya hutan yang ada di daerah ini.
Pepohonan yang tumbuh di kawasan itu, membersihkan udara dari asap kendaraan, yang setiap hari memadati jalanan di sekeliling Bukit Tidar. Mereka menghasilkan oksigen, yang setiap saat dihirup oleh penduduk kota.
Pepohonan menyerap air hujan ke dalam tanah, sehingga menghindari terjadinya krisis air bersih. Dengan adanya pepohonan di Bukit Tidar, maka risiko terjadinya banjir dan tanah longsor bisa ditekan.[sahrudin]
Tags
Humaniora