BANJARMASIN - Hastag Omnibus Law menjadi trending akhir-akhir ini di media sosial alias medsos. Kenaikan yang terlihat pun cukup fantastis dan terus bertambah sampai hari ini.
Wartawan metrokalimantan.com menghubungi Ismail Fahmi selaku CEO Drone Emprit untuk mengklarifikasi hal tersebut.
"Semuanya sudah jelas saya paparkan di twitter, jadi silahkan dipakai data itu," jelasnya, Rabu (7/10/2020).
Dari kutipan twitter Ismail, dijelaskan bahwa percakapan tentang Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja cukup rendah, hanya 2000 per hari di Twitter. Setelah tanggal 4 Oktober melonjak pesat jadi 57.000.
"Kenaikan ini ditrigger oleh DPR yang rapat Sabtu malam utk memutuskan nasib RUU ini," papar Ismail.
Menurutnya, kalau dipetakan dalam Social Network Analysis (SNA) percakapan yang ada di Twitter dalam seminggu terakhir memperlihatkan besarnya cluster yang menolak Omnibus Law.
"Cluster menolak sangat besar, mendominasi percakapan. Sedangkan cluster mendukung sangat kecil, ada di pinggiran," tambahnya.
Ketika SNA yang menolak diperbesar skalanya, tampak terdiri dari berbagai elemen, yakni PKS, Demokrat, Oposisi, Serikat Pekerja (SP), Aktivis, BEM (Mahasiswa) dan Media.
Sementara cluster mendukung ketika diperbesar hanya ada di pinggiran dan jumlah nodenya jauh lebih sedikit. Ada yang berkelompok membangun network sendiri (Hengkie, NayDonuts), dan sisanya tersebar.[fuad]
Tags
metro