PELAIHARI - Gerakan Pengendalian (Gerdal) tikus di lahan jagung seluas 80 hektare dilakukan di Desa Gunung Melati, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Kamis (22/10/2020).
Munculnya hama tikus selalu menimbulkan keresahan petani. Hal ini karena daya rusak tikus yang cukup besar. Tikus sebagai hama pengerat dikenal bukan hanya menyerang tanaman yang sudah berbuah, tapi juga merusak tanaman jagung yang masih muda, seperti yang terjadi di Desa Gunung Melati Kecamatan Batu Ampar.
Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan kerusakan tanaman jagung di Poktan Bina Tani. Serangan ditandai dengan patahnya tanaman yang masih berumur 7 hst akibat digerek tikus.
Sabar Narimo, Petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Kecamatan Batu Ampar menyebut tingkat serangannya sudah parah dengan Intensitas mencapai 16 persen, melebihi ambang pengedalian.
Menurutnya, jika tidak segera dilakukan pengendalian serentak dikhawatirkan akan menimbulkan kematian tanaman dan kerugian lebih banyak.
Sabar Narimo juga menegaskan bahwa keputusan dilakukan Gerdal sudah sesuai dengan rekomendasi dari BPTPH Banjar Baru. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian lebih besar akibat serangan tikus. Bahkan pestisida yang digunakan dalam gerdal merupakan bantuan dari BPTPH Banjar Baru.
“Pengamatan di lapangan diperoleh adanya serangan tikus seluas 2,5 hektare jagung umur 7 hst. Intensitas serangan 16 persen dan luas yang diwaspadai ada 6 hektare. Atas dasar itu BPTPH merekomendasikan untuk dilakukan Gerdal dan pestisda akan dibantu untuk keperluan itu,” ungkap Sabar Narimo.
Mengawali kegiatan Gerdal terlebih dahulu petani dikumpulkan di sekitar lahan. Petugas POPT menerangkan apa yang menjadi penyebab serangan tikus dan bagaimana cara pengendaliannya, terutama cara pengendalian secara kimiawi yang harus dilakukan dengan cara yang benar.
Diterangkan bahwa tikus merupakan hama yang selalu ada dimanapun dan kapanpun. Tikus mempunyai daya reproduksi yang tinggi dimana hewan pengerat ini dapat melahirkan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Dalam setahun bisa mencapai 2000 ekor.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi berkembangnya populasi tikus seperti lingkungan, ketersediaan sumber air dan makanan. Lahan dengan sanitasi yang buruk bisa menjadi pemicu serangan tikus.
Selaku Petugas POPT, Sabar Narimo menilai bahwa lingkungan kebun nampak tidak bagus sanitasinya. Hal ini sudah terlihat dari awal penanaman. Karenanya, kepada petani diingatkan kembali pentingnya menjaga sanitasi lingkungan supaya tidak menjadi sarang dan tempat berkembangnya tikus.
“Sepertinya dari awal penanaman sudah terlihat sanitasi kurang bagus, itu yang menyebabkan,” katanya.
Dalam Gerdal ini menggunakan secara fisik dan kimiawi. Secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan Rodentisida Brankus 57 PS, Tanikus 0,005 BB bantuan BPTP Banjarbaru.
Aplikasinya, bahan kimia dipasang sebagai umpan racun yang di taruh di dekat lubang-lubang sarang tikus atau di tempat yang sering dilalui oleh tikus.
Secara fisik dilakukan pengemposan dengan menggunakan belerang yang disemprotkan di liang-liang tikus yang masih aktif.
Dengan digerakkan oleh POPT dan penyuluh pertanian, pencarian liang tikus aktif dilakukan oleh anggota Poktan Bina Tani untuk dilakukan pengemposan. Dilaporkan bahwa ada sekitar 62 liang aktif yang berhasil diketemukan.
Hadir dalam kegiatan Gerdal, Siswoyo MM beserta team Brigade dari BPTPH/LPHP Banjarbaru, dan Ir Fitrinoor dari KJF Penyuluh Pertanian di Distanhorbun Kabupaten Tanah Laut, yang sekaligus bertindak sebagai Penyuluh Pertanian Desa Gunung Melati.
Ikut menyaksikan dan mendorong petani untuk lebih baik dalam mengelola budidaya jagung dan mengelola OPT secara benar.
Ditanya tindak lanjutnya, Sabar Narimo mengungkapkan, rencananya untuk mengevaluasi hasil di lapangan 5 hari setelah gerdal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan metode pengendalian yang sudah dilakukan serta perbaikan yang perlu dilakukan kemudian.
Evaluasi akan dilakukan oleh POPT bersama Penyuluh Pertanian Desa dan para petani.[advertorial]
Tags
Ekbis