Ibadah Kurban, Pelipur Rindu Baitullah yang Tertunda

Ibadah Kurban, Pelipur Rindu Baitullah yang Tertunda

BANJARMASIN – Berangkat haji ke Tanah Suci merupakan keinginan semua orang beriman, karena termasuk dalam rukun islam yang kelima.

Saking besarnya keinginan untuk menyempurnakan rukun Islam, banyak orang yang menabung rupiah demi rupiah, kemudian mengantre giliran keberangkatan hingga belasan tahun lamanya.

Karenanya, sulit terbayangkan betapa bahagianya hati seorang muslim apabila hari itu pun tiba. Air mata para calon jemaah haji akan berlinang tatkala dirinya sudah diumumkan akan berhaji. 

Segala jenis keperluan dipersiapkan dengan matang, mulai dari perlengkapan, persiapan fisik, hingga persiapan ilmu agama.

Meski sedemikian istimewanya, tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menunaikannya. Bisa jadi karena belum tersedianya dana, tidak sampai usia, bahkan ada pula yang maut menjemput di tengah perjalanan menuju Mekkah.

Namun, niat dan tekad yang kuat saja sudah dicatat sebagai satu kebaikan. Tentu ada langkah nyata yang ditempuh untuk berhaji. Berbeda halnya dengan angan-angan karena tidak ada langkah menuju kebaikan tersebut.

Hal ini mengajarkan manusia untuk bertekad yang kuat untuk melakukan amalan soleh.

Di tanah Mekkah nanti, manusia berbagai penjuru datang memenuhi panggilan Allah subhanallahu wa ta’ala. Tidak ada lagi perbedaan di antara kaum muslimin yang berkumpul. 

Semua manusia sama di mata Allah pencipta semesta. Tidak dibedakan kedudukan, harta, ras, warna kulit, bangsa menyerukan seruan yang sama, yaitu labbaikallah humma labbaik yang artinya aku memenuhi panggilan-Mu. 

Karena memang, Islam tidak memberikan kekhususan dalam menjalankan syariat Islam, kecuali mereka yang memiliki udzur yang syar’i.

Tawaf di Mekkah, Sa’i dari Bukit Safa ke Bukit Marwa, wukuf di Padang Arafah, lempar jumroh, dan beragam rangkaian ibadah haji sudah terngiang-ngiang di pikiran para calon jemaah haji yang akan berangkat menjadi tamu Allah di tahun 2020. 

Namun, rindu menjadi tamu terpaksa harus ditahan. Keberangkatan rombongan haji dari Indonesia terpaksa tidak diberangkatkan pada tahun ini akibat pandemi Covid-19.

Penantian puluhan tahun untuk bertamu ke Baitullah harus diperpanjang. Meski demikian, niat ibadah haji sudah tercatat sebagai amal ibadah.

Tertundanya haji tahun ini bukan berarti melemahkan semangat beramal soleh bagi setiap muslim sedunia. Niat berhaji tentunya didasari pada ketauhidan dan ketakwaan yang kuat, yaitu beribadah semata-mata hanya untuk Allah.

Di momen bulan Dzulhijjah ini, berhaji dan berkurban jadi ibadah yang mulia di mata Allah. Inilah kesempatan untuk tetap membuktikan cinta kepada Allah subhannallahu wa ta’ala dengan kurban terbaik kita sekaligus pelipur rindu baitullah yang tertunda. 

Jangan sia-siakan kesempatan berkurban yang merupakan puncak ibadah di bulan Dzulhijjah. 

Sama halnya seperti tekad berhaji, diperlukan komitmen dan niat untuk menunaikan kurban. Terlebih di tengah pandemi Covid-19 di mana kekhawatiran harta menjadi hal yang memberatkan sebagian orang untuk berkurban.

“Syariat Islam yang Allah perintahkan pasti memiliki hikmah yang sangat besar," tutur Ibnu Khajar, Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT), Selasa (28/7/2020).

Menurutnya, dalam hal berkurban dan berhaji, nominalnya cukup besar bagi sebagian orang. Tidak pernah ada cerita seseorang menjadi jatuh miskin akibat menjalankan ibadah tersebut. 

"Bisa jadi dengan kurban, Allah akan buka pintu rejeki yang lain karena dia telah menegakkan perintah Allah,” jelasnya.

Dalam sejarahnya, syariat kurban memiliki hikmah yang sangat banyak. Jika ditelisik lebih dalam, pelaksanaan kurban tidak hanya sebatas syariat Islam, tetapi juga pembuktian cinta pada Sang Pencipta. Juga jembatan silaturahim dengan sesama muslim. 

Pelaksanaan kurban di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini juga memiliki dimensi sosial sebagai penyelamatan jiwa, karena sebagian besar dari masyarakat terdampak secara ekonomi.

Poin keikhlasan menjadi landasan perintah berkurban, terkait dengan kondisi pandemi saat ini. Ini karena masyarakat sedang dalam ekonomi merosot, nafkah kian sulit dicari, kebutuhan sehari-hari sulit dipenuhi. 

Sebab, betapa banyak umat muslim yang enggan kurban terlebih di saat krisis akibat pandemi Covid-19.  Keterbatasan harta tentu menjadi kekhawatiran yang dirasakan sebagian besar masyarakat, karena Covid-19 di tengah kehidupan yang penuh ketidakpastian.

Ketaatan dalam ibadah di tengah pandemi tak boleh melemah, segala bentuk seruan segera disiapkan dan dilaksanakan. Termasuk berkurban yang bakal jatuh pada akhir Juli mendatang.

Melalui tema Labbaik Berqurban Terbaik, Global Qurban – ACT ingin mengajak masyarakat untuk menunaikan ibadah kurban di masa pandemi yang memberi dampak signifikan di berbagai aspek kehidupan ini. 

Global Qurban yakin masyarakat Indonesia tak pernah lemah dalam berbuat baik, termasuk dalam berkurban yang akan Global Qurban salurkan untuk masyarakat prasejahtera nantinya.

“Insyaallah, kami akan menyalurkan hewan kurban masyarakat Indonesia ke berbagai daerah, khususnya yang dihuni masyarakat prasejahtera dan episentrum penyebaran Covid-19," terang Hafit, Presiden Global Qurban - ACT.

Akan ada ratusan hewan kurban setara kambing yang disembelih dengan jutaan penerima manfaat. Global Qurban juga mengirimkan hewan kurbannya, khususnya ke negara yang sedang dirundung konflik kemanusiaan. 

Kepala Cabang ACT Kalsel, Zainal Arifin mengajak untuk berkurban bersama Global Qurban ACT melalui link bit.ly/KurbanKalsel, layanan Informasi atau konfirmasi Qurban melalui nomor WhatsApp ACT Kalsel 0813 9549 9028 atau mengunjungi Kantor Cabang Kalsel di Jalan Pramuka depan kantor KPKNL.[mia/rilis]
Lebih baru Lebih lama