PULANG PISAU - Membangun pola hidup sehat dengan konsumsi pangan lokal sudah menjadi arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL).
“Mari kita membangun pola hidup sehat dengan konsumsi pangan lokal. Kita dorong diversifikasi pangan lokal dengan mencoba menghidupkan pangan lokal di berbagai daerah di Indonesia,” jelas SYL.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menambahkan, ndonesia memiliki banyak pangan lokal yang sudah menjadi kearifan lokal di berbagai daerah.
Dengan iklim tropis, tanahnya subur dan sumber daya lainnya yang menunjang untuk tanaman tumbuh dengan subur, Indonesia kaya akan pangan lokal seperti sagu, singkong, jagung, ubi dan lainnya.
"Ayo genjot terus produksi pangan lokal apalagi pandemi Covid-19 masih berlangsung, ini menjadi momentum tepat untuk kita memproduksi pangan lokal baik dari on-farm maupun off-farm,” tutur Dedi.
Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Pulang Pisau selalu menggalakkan dan mengajak masyarakat untuk melakukan diversifikasi atau penganekaragaman pangan lokal untuk menghindari ketergantungan pada salah tanaman pangan.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan pangan lokal yang dikonsumsi masyarakat utamanya gizi dari olahan pangan atau produk pertanian tersebut.
Melihat peluang ini, petani di Desa Talio Hulu binaan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Pangkoh, Kecamatan Pandih Batu, sebut saja nama petani itu Poniyati dan Katumi yang berusaha meningkatkan olahan pangan lokal bernama Beras Oyek, Beras Tiwul dan Beras Jagung
Beras oyek dan Tiwul yang berbahan dasar singkong atau ubi kayu. Singkong yang tadinya hanya dikonsumsi biasa dan tidak mempunyai nilai tambah, dijadikan diversifikasi pangan yang berkelas dan bernilai.
Singkong mudah ditanam dan diperoleh, sehingga hal inilah yang dapat dijadikan potensi sebagai ladang bisnis yang menjanjikan.
Kordinator BPP Pangkoh, Harijanti menjelaskan, proses pembuatan beras oyek yang sebelumnya singkong direndam sampai empuk lalu ditumbuk sampai halus lalu diperas, terus dibentuk bulat bulat seperti kedelai terus di kukus sampai matang, habis itu dijemur sampai kering, Jumat (12/6/2020).
“Cara masaknya direndam pakai air lalu ditiriskan sebentar baru dikukus. Biasanya untuk penganti beras bagi orang pengidap diabetes,” tutur Harijanti.
Harijanti menambahkan, diversifikasi pangan menjadi sumber tambahan pendapatan di keluarga. “Usaha ini dilakukan sejak Tahun 2019 modal awal Rp4 juta mendapatkan omzet hingga Rp5 juta per bulan,” tambahnya.
Poniyati dan Katumi mengungkapkan, dari berusaha beras oyek, Tiwul dan Beras Jagung tersebut dapat menjadikan peningkatan pendapatan dan ketahanan pangan keluarga.
Bahkan, lanjutnya, menjadi peluang bisnis yang menjanjikan, karena beras yang diproduksi pemasarannya sudah sampai Kota Kapuas, Pulang Pisau dan Palangka Raya.
“Harapan saya, agar Pemerintah Daerah dibantu penyuluh pertanian tetap selalu mendampingi dan terus memberikan informasi agar kami dapat lebih mengembangkan usaha,” pungkas Poniyati.[advertorial]
Tags
Ekbis